Rabu, 14 Desember 2011

Hakikat tauhid dan nasehat seorang murid kepada gurunya


Hakikat tauhid dan nasehat seorang murid kepada gurunya

Mereka mengaku bahwa dakwah mereka adalah dakwah memurnikan tauhid dari syirik, tahayul, bid’ah dan khurafat atau disingkat TBC

Apakah tauhid ?

Tauhid secara umum adalah lawan dari syirik. Syirik adalah perbuatan menyekutukan Allah Azza wa Jalla dan orangnya dinamakan orang kafir

Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam bersabda : “Maukah aku kabarkan kepada kalian dosa yang paling besar (tiga kali)? mereka menjawab : ya, wahai Rasulullah ! beliau bersabda : menyekutukan Allah“ [muttafaq ‘alaih, Al Bukhari hadits nomer : 2511]

Setiap dosa kemungkinan diampuni oleh Allah Subhanahu wata’ala, kecuali dosa syirik, ia memerlukan taubat secara khusus, Allah berfirman : “Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan Dia mengampuni segala dosa yang selain dari (syirik) itu, bagi siapa yang dikehendakiNya“ [An Nisa : 48]

Tauhid secara umum maknanya adalah tidak menyekutukan Allah Azza wa Jalla atau mereka bertauhid (mereka beriman) adalah mereka mengakui tiada tuhan selain Allah Azza wa Jalla.

Sebagian orang yang memahami Al Qur’an dan As Sunnah mengedepankan “kebebasan” mengatakan bahwa Iblis mengakui tiada tuhan selain Allah bahkan dijuluki "bapak tauhid" karena tidak mau sujud kepada selain Allah.

Hakikat kafir atau menyekutukan Allah atau mereka yang melakukan perbuatan syirik adalah mereka yang tidak mengakui ke -Maha Kuasa - an Allah Azza wa Jalla

Iblis dimurkai oleh Allah Azza wa Jalla karena mereka tidak mengakui ke -Maha Kuasa -an Allah Azza wa Jalla dengan tidak mentaati kewajibanNya berupa perintah untuk sujud kepada manusia (Nabi Adam a.s).

Orang Islam yang bersujud (sholat) menghadap Ka’bah, tidak berarti dia menyembah Ka’bah, akan tetapi dia sebenarnya sedang bersujud dan menyembah Allah Subhanahu wa Ta’ala  dengan menghadap ke Ka’bah perwujudan menjalankan perintahNya atau mengakui ke Maha Kuasa an Allah Azza wa Jalla. Begitu juga para malaikat sujud kepada manusia (Nabi Adam a.s) perwujudan melaksanakan perintahNya atau mengakui ke Maha Kuasa an Allah Azza wa Jalla.

Kaum Yahudi dan Kaum Nasrani walaupun sebagain kecil mereka beriman kepada Allah namun tetap dimurkai oleh Allah Azza wa Jalla dan dinyatakan sebagai orang-orang yang sesat karena mereka tidak mengakui ke-Maha Kuasa-an Allah Azza wa Jalla dengan tidak mentaati kewajibanNya berupa perintah untuk bersyahadat.

Firman Allah Azza wa Jalla yang artinya,
 “Dan (ingatlah), ketika Allah mengambil perjanjian dari para nabi: “Sungguh, apa saja yang Aku berikan kepadamu berupa kitab dan hikmah kemudian datang kepadamu seorang rasul yang membenarkan apa yang ada padamu, niscaya kamu akan sungguh-sungguh beriman kepadanya dan menolongnya”. Allah berfirman: “Apakah kamu mengakui dan menerima perjanjian-Ku terhadap yang demikian itu?” Mereka menjawab: “Kami mengakui”. Allah berfirman: “Kalau begitu saksikanlah (hai para nabi) dan Aku menjadi saksi (pula) bersama kamu“. ( QS Ali Imran [3]:81 )

Sayyidina Ali bin Abi Thalib kw. berkata:  ‘Setiap kali Allah subhanahu wa ta’ala mengutus seorang nabi, mulai dari Nabi Adam sampai seterusnya, maka kepada nabi-nabi itu Allah subhanahu wa ta’ala  menuntut janji setia mereka bahwa jika nanti Rasulallah shallallahu alaihi wasallam. diutus, mereka akan beriman padanya, membelanya dan mengambil janji setia dari kaumnya untuk melakukan hal yang sama’.

Firman Allah ta’ala yang artinya, “Ataukah kamu (hai orang-orang Yahudi dan Nasrani) mengatakan bahwa Ibrahim, Isma’il, Ishaq, Ya’qub dan anak cucunya, adalah penganut agama Yahudi atau Nasrani?” Katakanlah: “Apakah kamu lebih mengetahui ataukah Allah, dan siapakah yang lebih zalim dari pada orang yang menyembunyikan syahadah dari Allah  yang ada padanya?” Dan Allah sekali-kali tiada lengah dari apa yang kamu kerjakan. (QS Al Baqarah [2]:140 )

Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda,  “ Demi Allah, yang diriku ada dalam genggaman tanganNya, tidaklah mendengar dari hal aku ini seseorangpun dari ummat sekarang ini, Yahudi, dan tidak pula Nasrani, kemudian tidak mereka mau beriman kepadaku, melainkan masuklah dia ke dalam neraka.”

Hadits yang diriwayatkan Sufyan bin Uyainah dengan sanadnya dari Adi bin Hatim. Ibnu Mardawih meriwayatkan dari Abu Dzar, dia berkata, “Saya bertanya kepada Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam tentang orang-orang yang dimurkai“, beliau bersabda, ‘Kaum Yahudi.’ Saya bertanya tentang orang-orang yang sesat, beliau bersabda, “Kaum Nasrani.“

Firman Allah ta’ala yang artinya
Katakanlah:”Hai Ahli Kitab, kamu tidak dipandang beragama sedikitpun hingga kamu menegakkan ajaran-ajaran Taurat, Injil, dan Al Qur’an yang diturunkan kepadamu dari Tuhanmu“. (QS Al Maa’idah [5]:68 )
“Sekiranya Ahli Kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka..” (QS.Ali Imran [3] : 110)

Ibadah sendiri berarti mentaati segala perintahNya dan menjauhi segala larangan-Nya, sebagaimana seseorang yang sedang melaksanakan ibadah haji, dia diperintahkan untuk mencium hajar aswad dan melempar jumrah, amalan-amalan ini disebut ibadah karena melaksanakan perintah Allah.

PerintahNya dan laranganNya oleh para pemimpin ijtihad kaum muslim (Imam Mujtahid Mutlak) alias Imam Mazhab yang empat dirumuskan kedalam 5 hukum perkara yakni Wajib (fardhu), Sunnah (mandub), haram, makruh, mubah yang dikenal dengan istilah beristinbat (menetapkan hukum perkara)

Orang kafir pada hakikatnya adalah mereka yang tidak mengakui ke Maha Kuasa an Allah Azza wa Jalla yakni mereka yang tidak mentaati kewajibanNya / perintahNya (ditinggalkan berdosa) , tidak menjauhi laranganNya (dikerjakan berdosa) dan tidak menjauhi apa yang diharamkanNya (dikerjakan berdosa).

Hal ini sesuai dengan apa yang telah disampaikan oleh Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bahwa orang yang meninggalkan sholat adalah orang kafir. Pada hakikatnya kafir karena tidak mengakui ke Maha Kuasa an Allah Azza wa Jalla dengan tidak mentaati perintahNya berupa kewajibanNya (ditinggalkan berdosa).

Rasulullah bersabda, “Sesungguhnya perbedaan antara seorang pria mukmin dan kafir adalah meninggalkan sholat” . (H.R. Muslim)

Rasulullah bersabda, “Perjanjian yang mengikat antara kami dan mereka adalah sholat. Maka barangsiapa yang meninggalkannya, maka sungguh dia telah menjadi kafir”. (H.R. Tirmidzi)

Ahli bid'ah pun termasuk orang kafir , mereka yang melakukan perbuatan syirik, mereka yang tidak mau mengakui ke-Maha Kuasa-an Allah Azza wa Jalla karena mereka mengubah-ubah apa yang telah ditetapkanNya

Perkara yang telah ditetapkan oleh Allah Azza wa Jalla meliputi kewajibanNya / perintahNya (ditinggalkan berdosa), laranganNya (dikerjakan berdosa) dan segala perkara yang telah diharamkanNya (dikerjakan berdosa)

Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda, “Sesungguhnya Allah telah mewajibkan beberapa kewajiban (ditinggalkan berdosa), maka jangan kamu sia-siakan dia; dan Allah telah memberikan beberapa batas/larangan (dikerjakan berdosa), maka jangan kamu langgar dia; dan Allah telah mengharamkan sesuatu (dikerjakan berdosa), maka jangan kamu pertengkarkan dia; dan Allah telah mendiamkan beberapa hal sebagai tanda kasihnya kepada kamu, Dia tidak lupa, maka jangan kamu perbincangkan dia.” (Riwayat Daraquthni, dihasankan oleh an-Nawawi).

Ahli bid'ah adalah mereka yang mengada-ada atau membuat perkara baru (bid'ah) sehingga mengubah-ubah apa yang telah ditetapkanNya

Ahli bid'ah adalah mereka yang membuat perkara baru atau mengada-ada yang bukan kewajiban menjadi kewajiban (ditinggalkan berdosa) atau sebaliknya, tidak diharamkan menjadi haram (dikerjakan berdosa) atau sebaliknya dan tidak dilarang menjadi dilarang (dikerjakan berdosa) atau sebaliknya.

Rasulullah mencontohkan kita untuk menghindari perkara baru dalam kewajiban (jika ditinggalkan berdosa). Rasulullah meninggalkan sholat tarawih berjama'ah dalam beberapa malam agar kita tidak berkeyakinan bahwa sholawat tarawih adalah kewajiban (ditinggalkan berdosa) selama bulan Ramadhan.

Rasulullah bersabda, “Aku khawatir bila shalat malam (tarawih) itu ditetapkan sebagai kewajiban atas kalian.” (HR Bukhari 687). Sumber: http://www.indoquran.com/index.php?surano=10&ayatno=120&action=display&option=com_bukhari

Bid'ah hasanah , jika yang melakukan sholat tarawih berjamaah sebulan penuh berkeyakinan bahwa itu adalah amal kebaikan selama bulan ramadhan walaupun Rasulullah tidak mencontohkan/melakukannya sebulan penuh.
Bid'ah dholalah,  jika mereka berkeyakinan bahwa sholat tarawih berjamaah sebulan penuh adalah kewajibanNya atau perintahNya (ditinggalkan berdosa) karena sholat tarawih sebulan penuh tidak pernah ditetapkan oleh Allah Azza wa Jalla sebagai kewajiban (ditinggalkan berdosa). Yang ditetapkan oleh Allah Azza wa Jalla sebagai kewajiban (ditinggalkan berdosa) yang harus dikerjakan sebulan penuh pada bulan Ramadhan adalah berpuasa.

Begitu juga kita dapat ambil pelajaran dari apa yang terjadi dengan kaum Nasrani
‘Adi bin Hatim pada suatu ketika pernah datang ke tempat Rasulullah –pada waktu itu dia lebih dekat pada Nasrani sebelum ia masuk Islam– setelah dia mendengar ayat yang artinya, “Mereka menjadikan orang–orang alimnya, dan rahib–rahib mereka sebagai tuhan–tuhan selain Allah, dan mereka (juga mempertuhankan) al Masih putera Maryam. Padahal, mereka hanya disuruh menyembah Tuhan Yang Maha Esa, tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) selain Dia. Maha suci Allah dari apa yang mereka persekutukan.“ (QS at Taubah [9] : 31) , kemudian ia berkata: “Ya Rasulullah Sesungguhnya mereka itu tidak menyembah para pastor dan pendeta itu“. Maka jawab Nabi shallallahu alaihi wasallam: “Betul! Tetapi mereka (para pastor dan pendeta) itu telah menetapkan haram terhadap sesuatu yang halal, dan menghalalkan sesuatu yang haram, kemudian mereka mengikutinya. Yang demikian itulah penyembahannya kepada mereka.” (Riwayat Tarmizi)

Bid’ah dholalah adalah perbuatan syirik karena penyembahan kepada selain Allah.
Bid’ah dholalah adalah perbuatan yang tidak ada ampunannya.

Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda

إِنَّ اللهَ حَجَبَ اَلتَّوْبَةَ عَنْ صَاحِبِ كُلِّ بِدْعَةٍ

“Sesungguhnya Allah menutup taubat dari semua ahli bid’ah”. [Ash-Shahihah No. 1620]

Firman Allah ta’ala yang artinya, “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu haramkan apa-apa yang baik yang telah Allah halalkan bagi kamu dan janganlah kamu melampaui batas, sesungguhnya Allah tidak menyukai orang yang melampaui batas.” (Qs. al-Mâ’idah [5]: 87).

Mereka yang melampaui batas adalah mereka yang sombong yakni mereka yang menuhankan akal pikirannya, menuhankan hawa nafsunya.

Akal pikiran berbeda dengan Akal Qalbu (hati).

Akal Pikiran / logika adalah bersandar pada kemampuan sendiri atau kerja otak.
Akal Qalbu / hati adalah mengikuti cahayaNya atau petunjukNya yang diilhamkan keseluruh Qalbu / jiwa setiap manusia.

Firman Allah Azza wa Jalla yang artinya

“Dan Kami telah menunjukkan kepadanya dua jalan” (pilihan haq atau bathil) (QS Al Balad [90]:10 )
“maka Allah mengilhamkan kepada jiwa itu (jalan) kefasikan dan ketakwaannya“. (QS As Syams [91]:8 )

Wabishah bin Ma’bad r.a. berkata: Saya datang kepada Rasulullah shallallahu alaihi wasallam., beliau bersabda, “Apakah engkau datang untuk bertanya tentang kebaikan?” Saya menjawab, “Benar.”Beliau bersabda, “Mintalah fatwa kepada hatimu sendiri. Kebaikan adalah apa-apa yang menenteramkan jiwa dan hati, sedangkan dosa adalah apa-apa yang mengusik jiwa dan meragukan hati, meskipun orang-orang memberi fatwa yang mem-benarkanmu.” Ini adalah hadits yang kami riwayatkan dari dua imam, yaitu Imam Ahmad bin Hambal dan Imam Ad-Darami dengan sanad hasan

Iblis menolak sujud kepada manusia (Nabi Adam a.s), karena dia merasa lebih baik dari manusia. Dia menganggap bahwa unsur api, lebih baik daripada unsur tanah. Sebenarnya kalau saja Iblis mau jujur, mestinya dia merasa malu, karena pada waktu dia menolak untuk sujud kepada manusia, disitu terdapat makhluk yang lebih tinggi derajatnya yaitu malaikat, karena mereka diciptakan dari cahaya. Walaupun begitu mereka mau bersujud ketika diperintah Allah Azza wa Jalla, seharusnya yang lebih rendah derajatnya ikut sujud juga. Akan tetapi begitulah Iblis, dia sombong dan menolak untuk sujud.

Rasa takabbur dan sombong merupakan sifat yang sangat tercela. Pertama kali yang mempunyai sifat ini adalah Iblis. Seseorang yang mempunya sifat seperti ini akan dijauhkan dari surga .

Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda : “Tidak masuk surga seseorang yang di dalam hatinya terdapat sebiji sawi dari perasaan sombong”

Dalam sebuah hadits qudsi, Rasulullah bersabda:  "Keagungan adalah sarungKU dan kesombongan adalah pakaianKU. Barangsiapa merebutnya (dari AKU) maka AKU menyiksanya."  (HR. Muslim)

Dosa pertama kali yang dilakukan makhluk adalah rasa sombong, tamak dan iri .
Berkata Qatadah :  “Iblis merasa iri dengan Adam, karena dia diberikan kemuliaan oleh Allah subhanahu wa’ta'ala, maka ia berkata :  “Saya tercipta dari api, sedangkan dia dari tanah”, kemudian munculah dosa pertama kali yaitu rasa sombong. Setelah itu muncul rasa tamak, sehingga Adam memakan dari pohon ‘ yang terlarang ‘ , kemudian rasa iri, ketika anak Adam iri dengan saudaranya.

Ibnu Abbas ra mengatakan juga : “Jika seseorang terjerat di dalam kesombongan, maka jangan banyak diharap. Sebaliknya jika ia terjerat di dalam kemaksiatan, kemungkinan masih bisa diharapkan untuk bertaubat”

Kesombongan kaum Yahudi karena  memandang bahwa mereka adalah umat pilihan Allah Subhanahu wa Ta’ala. Mereka merasa diistimewakan dan dilebihkan atas seluruh umat pada zaman yaitu semasa Nabi Musa ‘alaihissalam. Selengkapnya telah kami uraikan dalam tulisan pada http://mutiarazuhud.wordpress.com/2010/06/10/kesombongan/

Orang yang merasa berilmu banyak, merasa berkompentesi berijtihad dan tidak mau mengakui pemahaman/pendapat pemimpin ijtihad kaum muslim (Imam Mujtahid Mutlak) alias Imam Mazhab yang Empat, tidak mau mengakui pemahaman/pendapat para jumhur ulama yang bermazhab atau mereka merasa lebih Ahlus Sunnah dibandingkan muslim yang bermazhab boleh jadi mereka yang terjerumus dalam kesombongan.

Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda: “Barangsiapa yang bertambah ilmunya tapi tidak bertambah hidayahnya, maka dia tidak bertambah dekat kepada Allah melainkan bertambah jauh“

Selengkapnya telah diuraikan dalam tulisan pada http://mutiarazuhud.wordpress.com/2011/10/04/semakin-jauh-darinya/

Al-Hâfizh adz-Dzahabi adalah murid dari Ibn Taimiyah. Walaupun dalam banyak hal adz-Dzahabi mengikuti faham-faham Ibn Taimiyah, --terutama dalam masalah akidah--, namun ia sadar bahwa ia sendiri, dan gurunya tersebut, serta orang-orang yang menjadi pengikut gurunya ini telah menjadi bulan-bulanan mayoritas umat Islam dari kalangan Ahlussunnah Wal Jama'ah pengikut madzhab al-Imâm Abu al-Hasan al-Asy’ari.

Kondisi ini disampaikan oleh adz-Dzahabi kepada Ibn Taimiyah untuk mengingatkannya agar ia berhenti dari menyerukan faham-faham ekstrimnya, serta berhenti dari kebiasaan mencaci-maki para ulama saleh terdahulu. Untuk ini kemudian adz-Dzahabi menuliskan beberapa risalah sebagai nasehat kepada Ibn Taimiyah, sekaligus hal ini sebagai “pengakuan” dari seorang murid terhadap kesesatan gurunya sendiri. Risalah pertama berjudul Bayân Zghl al-‘Ilm Wa ath-Thalab, dan risalah kedua berjudul an-Nashîhah adz-Dzhabiyyah Li Ibn Taimiyah.

Dalam risalah Bayân Zghl al-‘Ilm, adz-Dzahabi menuliskan ungkapan yang diperuntukan bagi Ibn Taimiyah sebagai berikut [Secara lengkap dikutip oleh asy-Syaikh Arabi at-Tabban dalam kitab Barâ-ah al-Asy’ariyyîn Min ‘Aqâ-id al-Mukhâlifîn, lihat kitab j. 2, h. 9 ]:

“Hindarkanlah olehmu rasa takabur dan sombong dengan ilmumu. Alangkah bahagianya dirimu jika engkau selamat dari ilmumu sendiri karena engkau menahan diri dari sesuatu yang datang dari musuhmu atau engkau menahan diri dari sesuatu yang datang dari dirimu sendiri. Demi Allah, kedua mataku ini tidak pernah mendapati orang yang lebih luas ilmunya, dan yang lebih kuat kecerdasannya dari seorang yang bernama Ibn Taimiyah. Keistimewaannya ini ditambah lagi dengan sikap zuhudnya dalam makanan, dalam pakaian, dan terhadap perempuan. Kemudian ditambah lagi dengan konsistensinya dalam membela kebenaran dan berjihad sedapat mungkin walau dalam keadaan apapun. Sungguh saya telah lelah dalam menimbang dan mengamati sifat-sifatnya (Ibn Taimiyah) ini hingga saya merasa bosan dalam waktu yang sangat panjang. Dan ternyata saya medapatinya mengapa ia dikucilkan oleh para penduduk Mesir dan Syam (sekarang Siria, lebanon, Yordania, dan Palestina) hingga mereka membencinya, menghinanya, mendustakannya, dan bahkan mengkafirkannya, adalah tidak lain karena dia adalah seorang yang takabur, sombong, rakus terhadap kehormatan dalam derajat keilmuan, dan karena sikap dengkinya terhadap para ulama terkemuka. Anda lihat sendiri, alangkah besar bencana yang ditimbulkan oleh sikap “ke-aku-an” dan sikap kecintaan terhadap kehormatan semacam ini!”.

Berikut nasehat adz-Dzahabi terhadap Ibn Taimiyah yang ia tuliskan dalam risalah an-Nashîhah adz-Dzahabiyyah, secara lengkap dalam terjemahannya sebagai berikut [Teks lebih lengkap dengan aslinya lihat an-Nashîhah adz-Dzahabiyyah dalam dalam kitab Barâ-ah al-Asy’ariyyîn Min ‘Aqâ-id al-Mukhâlifîn, j. 2, h. 9-11]:


*****awal kutipan*****
“Segala puji bagi Allah di atas kehinaanku ini. Ya Allah berikanlah rahmat bagi diriku, ampunilah diriku atas segala kecerobohanku, peliharalah imanku di dalam diriku.

Oh… Alangkah sengsaranya diriku karena aku sedikit sekali memiliki sifat sedih!!

Oh… Alangkah disayangkan ajaran-ajaran Rasulullah dan orang-orang yang berpegang teguh dengannya telah banyak pergi!!

Oh... Alangkah rindunya diriku kepada saudara-saudara sesama mukmin yang dapat membantuku dalam menangis!!

Oh... Alangkah sedih karena telah hilang orang-orang (saleh) yang merupakan pelita-pelita ilmu, orang-orang yang memiliki sifat-sifat takwa, dan orang-orang yang merupakan gudang-gudang bagi segala kebaikan!!

Oh... Alangkah sedih atas semakin langkanya dirham (mata uang) yang halal dan semakin langkanya teman-teman yang lemah lembut yang menentramkan. Alangkah beruntungnya seorang yang disibukan dengan memperbaiki aibnya sendiri dari pada ia mencari-cari aib orang lain. Dan alangkah celakanya seorang disibukan dengan mencari-cari aib orang lain dari pada ia memperbaiki aibnya sendiri.

Sampai kapan engkau (Wahai Ibn Taimiyah) akan terus memperhatikan kotoran kecil di dalam mata saudara-saudaramu, sementara engkau melupakan cacat besar yang nyata-nyata berada di dalam matamu sendiri?!

Sampai kapan engkau akan selalu memuji dirimu sendiri, memuji-muji pikiran-pikiranmu sendiri, atau hanya memuji-muji ungkapan-ungkapanmu sendiri?! Engkau selalu mencaci-maki para ulama dan mencari-cari aib orang lain, padahal engkau tahu bahwa Rasulullah bersabda: “Janganlah kalian menyebut-menyebut orang-orang yang telah mati di antara kalian kecuali dengan sebutan yang baik, karena sesungguhnya mereka telah menyelesaikan apa yang telah mereka perbuat”.

Benar, saya sadar bahwa bisa saja engkau dalam membela dirimu sendiri akan berkata kepadaku: “Sesungguhnya aib itu ada pada diri mereka sendiri, mereka sama sekali tidak pernah merasakan kebenaran ajaran Islam, mereka betul-betul tidak mengetahui kebenaran apa yang dibawa oleh Nabi Muhammad, memerangi mereka adalah jihad”. Padahal, sesungguhnya mereka adalah orang-orang yang sangat mengerti terhadap segala macam kebaikan, yang apa bila kebaikan-kebaikan tersebut dilakukan maka seorang manusia akan menjadi sangat beruntung. Dan sungguh, mereka adalah orang-orang yang tidak mengenal (tidak mengerjakan) kebodohan-kebodohan (kesesatan-kesesatan) yang sama sekali tidak memberikan manfa’at kepada diri mereka. Dan sesungguhnya (Sabda Rasulullah); “Di antara tanda-tanda baiknya keislaman seseorang adalah apa bila ia meninggalkan sesuatu yang tidak memberikan manfa’at bagi dirinya”. (HR. at-Tirmidzi)

Hai Bung…! (Ibn Taimiyah), demi Allah, berhentilah, janganlah terus mencaci maki kami. Benar, engkau adalah seorang yang pandai memutar argumen dan tajam lidah, engkau tidak pernah mau diam dan tidak tidur. Waspadalah engkau, jangan sampai engkau terjerumus dalam berbagai kesesatan dalam agama. Sungguh, Nabimu (Nabi Muhammad) sangat membenci dan mencaci perkara-perkara [yang ekstrim]. Nabimu melarang kita untuk banyak bertanya ini dan itu. Beliau bersabda: “Sesungguhnya sesuatu yang paling ditakutkan yang aku khawatirkan atas umatku adalah seorang munafik yang tajam lidahnya”. (HR. Ahmad)

Jika banyak bicara tanpa dalil dalam masalah hukum halal dan haram adalah perkara yang akan menjadikan hati itu sangat keras, maka terlebih lagi jika banyak bicara dalam ungkapan-ungkapan [kelompok yang sesat, seperti] kaum al-Yunusiyyah, dan kaum filsafat, maka sudah sangat jelas bahwa itu akan menjadikan hati itu buta.

Demi Allah, kita ini telah menjadi bahan tertawaan di hadapan banyak makhluk Allah. Maka sampai kapan engkau akan terus berbicara hanya mengungkap kekufuran-kekufuran kaum filsafat supaya kita bisa membantah mereka dengan logika kita??

Hai Bung…! Padahal engkau sendiri telah menelan berbagai macam racun kaum filsafat berkali-kali. Sungguh, racun-racun itu telah telah membekas dan menggumpal pada tubuhmu, hingga menjadi bertumpuk pada badanmu.

Oh… Alangkah rindunya kepada majelis yang di dalamnya diisi dengan tilâwah dan tadabbur, majelis yang isinya menghadirkan rasa takut kepada Allah karena mengingt-Nya, majelis yang isinya diam dalam berfikir.

Oh… Alangkah rindunya kepada majelis yang di dalamnya disebutkan tentang orang-orang saleh, karena sesungguhnya, ketika orang-orang saleh tersebut disebut-sebut namanya maka akan turun rahmat Allah. Bukan sebaliknya, jika orang-orang saleh itu disebut-sebut namanya maka mereka dihinakan, dilecehkan, dan dilaknat.

Pedang al-Hajjaj (Ibn Yusuf ats-Tsaqafi) dan lidah Ibn Hazm adalah laksana dua saudara kandung, yang kedua-duanya engkau satukan menjadi satu kesatuan di dalam dirimu. (Engkau berkata): “Jauhkan kami dari membicarakan tentang “Bid’ah al-Khamîs”, atau tentang “Akl al-Hubûb”, tetapi berbicaralah dengan kami tentang berbagai bid’ah yang kami anggap sebagai sumber kesesatan”. (Engkau berkata); Bahwa apa yang kita bicarakan adalah murni sebagai bagian dari sunnah dan merupakan dasar tauhid, barangsiapa tidak mengetahuinya maka dia seorang yang kafir atau seperti keledai, dan siapa yang tidak mengkafirkan orang semacam itu maka ia juga telah kafir, bahkan kekufurannya lebih buruk dari pada kekufuran Fir’aun. (Engkau berkata); Bahwa orang-orang Nasrani sama seperti kita. Demi Allah, [ajaran engkau ini] telah menjadikan banyak hati dalam keraguan. Seandainya engkau menyelamatkan imanmu dengan dua kalimat syahadat maka engkau adalah orang yang akan mendapat kebahagiaan di akhirat.

Oh… Alangkah sialnya orang yang menjadi pengikutmu, karena ia telah mempersiapkan dirinya sendiri untuk masuk dalam kesesatan (az-Zandaqah) dan kekufuran, terlebih lagi jika yang menjadi pengikutmu tersebut adalah seorang yang lemah dalam ilmu dan agamanya, pemalas, dan bersyahwat besar, namun ia membelamu mati-matian dengan tangan dan lidahnya. Padahal hakekatnya orang semacam ini, dengan segala apa yang ia perbuatan dan apa yang ada di hatinya, adalah musuhmu sendiri. Dan tahukah engkau (wahai Ibn Taimiyah), bahwa mayoritas pengikutmu tidak lain kecuali orang-orang yang “terikat” (orang-orang bodoh) dan lemah akal?! Atau kalau tidak demikian maka dia adalah orang pendusta yang berakal tolol?! Atau kalau tidak demikian maka dia adalah aneh yang serampangan, dan tukang membuat makar?! Atau kalau tidak demikian maka dia adalah seorang yang [terlihat] ahli ibadah dan saleh, namun sebenarnya dia adalah seorang yang tidak paham apapun?! Kalau engkau tidak percaya kepadaku maka periksalah orang-orang yang menjadi pengikutmu tersebut, timbanglah mereka dengan adil…!

Wahai Muslim (yang dimaksud Ibn Taimiyah), adakah layak engkau mendahulukan syahwat keledaimu yang selalu memuji-muji dirimu sendiri?! Sampai kapan engkau akan tetap menemani sifat itu, dan berapa banyak lagi orang-orang saleh yang akan engkau musuhi?! Sampai kapan engkau akan tetap hanya membenarkan sifatmu itu, dan berapa banyak lagi orang-orang baik yang akan engkau lecehkan?!

Sampai kapan engkau hanya akan mengagungkan sifatmu itu, dan berapa banyak lagi orang-orang yang akan engkau kecilkan (hinakan)?!

Sampai kapan engkau akan terus bersahabat dengan sifatmu itu, dan berapa banyak lagi orang-orang zuhud yang akan engkau perangi?!

Sampai kapan engkau hanya akan memuji-muji pernyataan-pernyataan dirimu sendiri dengan berbagai cara, yang demi Allah engkau sendiri tidak pernah memuji hadits-hadits dalam dua kitab shahih (Shahîh al-Bukhâri dan Shahîh Muslim) dengan caramu tersebut?!

Oh… Seandainya hadits-hadits dalam dua kitab shahih tersebut selamat dari keritikmu…! Tetapi sebalikanya, dengan semaumu engkau sering merubah hadits-hadits tersebut, engkau mengatakan ini dla’if, ini tidak benar, atau engkau berkata yang ini harus ditakwil, dan ini harus diingkari.

Tidakkah sekarang ini saatnya bagimu untuk merasa takut?! Bukankah saatnya bagimu sekarang untuk bertaubat dan kembali (kepada Allah)?! Bukankah engkau sekarang sudah dalam umur 70an tahun, dan kematian telah dekat?! Tentu, demi Allah, aku mungkin mengira bahwa engkau tidak akan pernah ingat kematian, sebaliknya engkau akan mencaci-maki seorang yang ingat akan mati! Aku juga mengira bahwa mungkin engkau tidak akan menerima ucapanku dan mendengarkan nesehatku ini, sebaliknya engkau akan tetap memiliki keinginan besar untuk membantah lembaran ini dengan tulisan berjilid-jilid, dan engkau akan merinci bagiku berbagai rincian bahasan. Engkau akan tetap selalu membela diri dan merasa menang, sehingga aku sendiri akan berkata kepadaku: “Sekarang, sudah cukup, diamlah…!”.

Jika penilaian terhadap dirimu dari diri saya seperti ini, padahal saya sangat menyangi dan mencintaimu, maka bagaimana penilaian para musuhmu terhadap dirimu?! Padahal para musuhmu, demi Allah, mereka adalah orang-orang saleh, orang-orang cerdas, orang-orang terkemuka, sementara para pembelamu adalah orang-orang fasik, para pendusta, orang-orang tolol, dan para pengangguran yang tidak berilmu.

Aku sangat ridla jika engkau mencaci-maki diriku dengan terang-terangan, namun diam-diam engkau mengambil manfaat dari nasehatku ini. “Sungguh Allah telah memberikan rahmat kepada seseorang, jika ada orang lain yang menghadiahkan (memperlihatkan) kepadanya akan aib-aibnya”. Karena memang saya adalah manusia banyak dosa. Alangkah celakanya saya jika saya tidak bertaubat. Alangkah celaka saya jika aib-aibku dibukakan oleh Allah yang maha mengetahui segala hal yang ghaib. Obatnya bagiku tiada lain kecuali ampunan dari Allah, taufik-Nya, dan hidayah-Nya.

Segala puji hanya milik Allah, Shalawat dan salam semoga terlimpah atas tuan kita Muhammad, penutup para Nabi, atas keluarganya, dan para sahabatnya sekalian.
*****akhir kutipan*****

Sebenarnya ada informasi dan saksi yang menyampaikan bahwa ulama Ibnu Taimiyyah sebelum wafat telah sempat bertobat dari kesalahpahaman-kesalahpahamannya namun sayangnya informasi ini tidak tersampaikan dengan baik sehingga kesalahpahaman-kesalahpahaman beliau tetap diikuti oleh ulama-ulama lainnya seperti ulama Muhammad bin Abdul Wahhab yang hidup setelah 350 tahun lebih wafatnya ulama Ibnu Taimiyyah.  Sebagaimana contoh yang diriwayatkan dalam tulisan pada http://arisandi.com/?p=964 berikut kutipannya

***awal kutipan****
Di antara karya-karya ulama terdahulu yang paling terkesan dalam jiwanya adalah karya-karya Syeikh al-Islam Ibnu Taimiyah. Beliau adalah mujaddid besar abad ke 7 Hijriyah yang sangat terkenal.

Demikianlah meresapnya pengaruh dan gaya Ibnu Taimiyah dalam jiwanya, sehingga Syeikh Muhammad bin `Abdul Wahab bagaikan duplikat(salinan) Ibnu Taimiyah. Khususnya dalam aspek ketauhidan, seakan-akan semua yang diidam-idamkan oleh Ibnu Taimiyah semasa hidupnya yang penuh ranjau dan tekanan dari pihak berkuasa, semuanya telah ditebus dengan kejayaan Ibnu `Abdul Wahab yang hidup pada abad ke 12 Hijriyah itu.

Setelah beberapa lama menetap di Mekah dan Madinah, kemudian beliau berpindah ke Basrah. Di sini beliau bermukim lebih lama, sehingga banyak ilmu-ilmu yang diperolehinya, terutaman di bidang hadith danmusthalahnya, fiqh dan usul fiqhnya, gramatika (ilmu qawa’id) dan tidak ketinggalan pula lughatnya semua.

Lengkaplah sudah ilmu yang diperlukan oleh seorang yang pintar yang kemudian dikembangkan sendiri melalui metode otodidak (belajar sendiri) sebagaimana lazimnya para ulama besar Islam mengembangkan ilmu-ilmunya. Di mana bimbingan guru hanyalah sebagai modal dasar yang selanjutnya untuk dapat dikembangkan dan digali sendiri oleh yang bersangkutan.
****akhir kutipan*****

Padahal ulama-ulama terdahulu telah memperingatkan agar menghindari kitab-kitab ulama Ibnu Taimiyyah karena pemahamannya telah menyelisihi pemahaman Imam Mazhab yang Empat, sebagaimana yang disampaikan dalam tulisan pada http://mutiarazuhud.files.wordpress.com/2010/02/ahlussunnahbantahtaimiyah.pdf  maupun pada http://mutiarazuhud.wordpress.com/2011/12/07/2011/07/28/semula-bermazhab-hambali/

Begitu juga ulama-ulama negeri kita telah memperingatkan kita untuk meninggalkan pemahaman Ibnu Taimiyyah dan para pengikutnya seperti contohnya Syeikh Ahmad Khatib Al-Minangkabawi, ulama besar Indonesia yang pernah menjadi imam, khatib dan guru besar di Masjidil Haram, sekaligus Mufti Mazhab Syafi’i pada akhir abad ke-19 dan awal abad ke-20.  Menurut Syaikh Ahmad Khatib Minangkabau, ulama-ulama seperti ulama Ibnu Taimiyyah, Ibnu Qoyyim al Jauziah dan Muhammad bin Abdul Wahhab telah keluar daripada pemahaman Ahlussunnah wal Jama’ah dan dan menyalahi pemahaman para pemimpin ijtihad kaum muslim (Imam Mujtahid Mutlak) alias Imam Mazhab. Antara lain tulisannya ialah ‘al-Khiththah al-Mardhiyah fi Raddi fi Syubhati man qala Bid’ah at-Talaffuzh bian-Niyah’, ‘Nur al-Syam’at fi Ahkam al-Jum’ah’ dan lain-lain


Wassalam



Zon di Jonggol, Kab Bogor 16830
 

Mario Teguh


Sekuat-kuatnya hati, mudah terluka.
Selemah-lemahnya jiwa, tetap berharap.

Tuhan, peliharalah kami dalam kebaikan.

Damaikanlah keluarga kami, ceriakanlah suasana rumah kami, gembirakanlah kami dalam persahabatan baik dengan sesama, dan lapangkanlah dada kami dengan harapan baik tentang masa depan kami.

Engkau Maha Kaya dan Maha Pemurah,

maka sesungguhnya tidak ada permintaan kami yang terlalu besar.

Dan demi tak terbatasnya kasih sayangMu kepada kami,

mampukanlah kami untuk hidup dan bekerja yang memantaskan kami menerima jawaban dari harapan hati kami.

Aamiin

Untuk berhasil, kita membutuhkan RASA INGIN atau RASA TAKUT.

Sebagai insan ekonomi, yang harus membiayai kehidupan yang baik, kita harus ingin kaya atau takut kaya.

Yang masalah, ada orang yang tidak ingin kaya dan tidak takut miskin.

Sebagai kekasih, pasangan hidup, orang tua, anak, atau sebagai karyawan - orang seperti itu tidak akan mendamaikan hati Anda.

Maka, inginkanlah yang menghebatkan, dan atau takutilah yang mengerdilkan kehidupan.

Mario Teguh - Loving you all as always





Manusia adalah pemilih seumur hidupnya,
tapi jarang yang menjadi ahli dalam memilih.

Orang yang sudah berumur 50 tahun,
tetapi hidupnya belum kuat, masih mengharapkan bantuan orang lain, yang tidak didengarkan pendapatnya, dan ada atau tidak ada - tidak akan ada bedanya bagi orang lain,

sesungguhnya sudah berlatih hidup selama 50 tahun, tetapi tetap belum ahli.

Maka perhatikanlah cara Anda memilih, pelajarilah cara Anda memutuskan yang baik bagi Anda, periksalah ketepatan dan kesalahan ada, agar Anda menjadi ahli memilihkan kehidupan yang baik bagi diri Anda dan keluarga yang terkasih.

Ketepatan memilih menentukan kebaikan hidup.

Mario Teguh - Loving you all as always





Sahabat saya yang baik hatinya,

Ini adalah pertanyaan MTGW POLL malam ini, mohon Anda jawab ya?

Lalu marilah kita bandingkan jawaban Anda dengan bahasan kita malam ini, dalam

MTGW - PUTUS ATAU LANJUT?

Anda memilih kekasih Anda sendiri dengan mengabaikan nasihat orang tua. Tapi Anda berdua lebih sering bertengkar keras daripada saling mesra mengasihi.

Apa yang akan Anda lakukan?

A. Lanjut, karena harus bertanggung-jawab dengan pilihan sendiri.

B. Putus, karena pilihan belahan jiwa itu banyak.

C. Putus, lanjut, putus, lanjut, sampai ada perbaikan.

Sampai kita bertemu nanti malam ya?

Pastikan Anda mendengar curhat nasional Pak Satria 'Taplak' di MTGW malam ini.

Metro TV
MTGW - Putus Atau Lanjut?
19:05 - 20:00 WIB

Mario Teguh - Loving you all as always





Engkau yang merindukan kepastian
bagi keindahan hidupmu,
malam ini bisikkanlah …

Tuhanku yang Maha Pemurah
dan Maha Penyayang,

Dengan tulus aku memohon
agar Engkau mendamaikan tidurku,
dan membangunkanku esok pagi
sebagai jiwa yang baru,

yang lapang nafas dan damai hatinya,
yang lembut kasih sayangnya,
yang mudah menerima nasehat baik,
yang enggan meneladani yang buruk,
yang Kau mudahkan rezekinya,
yang damai dan ceria keluarganya,
yang bersahabat luas,
dan yang berperan baik di masyarakat.

Aamiin





Sahabat saya yang baik hatinya,

"SAYA MEMILIH ORANG MENDUGA SAYA BERNIAT BURUK, saat saya melakukan kebaikan; daripada orang mengira saya orang baik, saat saya berlaku tidak amanah."

Mungkin tidak ada orang yang lebih malas daripada dia yang saat mendengar doa - dia malas mengucapkan 'Aamiin'.

ITU SEBABNYA, saya dari waktu ke waktu memberikan pilihan kepada sahabat kita yang hatinya belum mudah berjamaah dengan doa-doa kita, untuk me-Like jika tidak sempat menuliskan Aamiin.

Sebagian dari Anda tidak menyukai cara saya mengajak orang yang belum 'otomatis' turut berdoa, karena menduga yang buruk dalam undangan kebaikan yang saya upayakan.

SAYA MEMILIH ORANG MENDUGA SAYA BERNIAT BURUK, dari pada meninggalkan saudara kita yang lain membeku dalam kemalasan untuk mengaminkan doa yang baik baginya dan bagi keluarga terkasihnya,

Sesungguhnya yang memuliakan kita adalah Tuhan, bukan orang-orang yang salah mengerti dan mendahulukan dugaan buruk.

Maka marilah kita menyegerakan diri untuk berjamaah dalam kebaikan, untuk ikhlas mendoakan kebaikan bagi diri dan sesama, untuk turut mencantumkan kesetujuan dengan me-Like status post di mana pun yang baik, atau menuliskan Aamiin, atau jika lebih mungkin - menambahkan doa-doa yang lebih khusus bagi Anda dan mereka yang Anda cintai.

Semoga di hari yang damai ini, Tuhan mentenagai kebaikan upaya kita untuk menjadi pengubah nasib - bagi diri sendiri dan bagi sebanyak mungkin saudara kita yang membutuhkan bantuan.

Aamiin





MTGW - PUTUS ATAU LANJUT?

“Putuskan untuk kebaikan.
Dan apabila yang mau dilanjutkan adalah keburukan, jangan katakan lanjutkan.
Melanjutkan kepalsuan, keburukan, dan kelemahan hidup, itu bukan pilihan hidup yang baik.
Putuskan yang baik.”

Sahabat saya yang baik hatinya,

Pak Fauzan Alfadli dari MTSuperVideo Team telah mengunggah file video MTGW – Putus Atau Lanjut? di:

www.youtube.com/marioteguhtv

yang bisa anda nikmati ulang atau unduh.

Please kindly enjoy, absorb, and apply.

Mario Teguh – Loving you all as always





Sahabat saya yang merindukan ketegasannya
untuk menguatkan diri di atas semua kesulitan
yang dihadapinya, renungkanlah ini ...

Jiwa yang kuat dan ikhlas belum tentu berlabuh
dalam badan-badan yang lebih muda,
yang lebih kuat, dan yang lebih sehat.

Kekuatan jiwa adalah masalah keputusan.

Anda memutuskan untuk kuat, atau tidak.
Itu pilihan Anda. Bukan pilihan orang lain.

Jangan harapkan orang lain,
yang akan memutuskan
apa yang harus Anda hidupi dengan berani.

Ini kehidupan Anda.

Keputusan kehidupan adalah keputusan pribadi.

Putuskanlah dengan berani,

Karena,

Keberanian adalah bukti dari iman.

Mario Teguh – Loving you all as always





Sahabat saya yang bertanya-tanya
mengenai penghargaan orang lain
yang tidak sesuai dengan harapan Anda,
renungkanlah ini …

Orang berkualitas yang dibayar rendah,
bagai emas yang diperlakukan seperti kuningan,
karena penampilannya yang belum indah.

Maka berhati-hatilah dengan cara Anda
mendandani dan membawa diri Anda.

Karena,

Emas yang salah taruh, akan dikira kuningan.

Mario Teguh – Loving you all as always





Adikku yang baik hatinya,
ijinkanlah kakakmu ini mengulangi ceritanya,
bahwa ...

Orang muda harus jatuh cinta
sejatuh-jatuhnya,
patah hati sepatah-patahnya,
tertawa, marah, sedih, rajin,
dan malas se-crazy-crazy-nya,

tetapi,

engkau harus segera bangkit,
mendewasa, berdiri gagah,
dengan bekas-bekas luka yang indah
di wajah dan dadamu,
dan dengan anggun dan berwibawa,
katakanlah ..

Dengan kewenangan
yang diberikan oleh Tuhan kepadaku,
dengarlah ini ...

AKULAH PENENTU KEBESARAN HIDUPKU SENDIRI.

Mario Teguh - Loving you all as always





Mario Muda
STEMPEL SETIP “BUSINESS CONSULTANT”

Saat itu saya baru memasuki usia 27 tahun, dan bekerja di sebuah Bank asing di Jakarta, sebagai Trainee dengan gaji kecil yang pasti habis di akhir bulan, pas untuk bayar uang Bajaj di kantor pada hari gajian.

Kamar kos saya kecil di sebuah rumah yang kecil dan sedehana.

Bathtub (istilah keren untuk bak mandi) di kamar mandi 'bersama' itu, kecil, plastik berwarna hijau terang, ... ember. Dan setiap kali saya mandi, saya sadar sekali bahwa itu sangat sederhana, tapi saya katakan di dalam hati: “Mario, ini sementara.”

Dalam kesederhaan orang muda yang hidup sendiri di Jakarta, saya berkutat antara mendamaikan diri dengan kemiskinan, dan tampil elegan dalam pergaulan dengan orang-orang kaya yang menjadi nasabah Bank.

Man! ... saya frustrasi super keliling.

Miskin, kuper, impiannya besar tapi minder, bekerja di Bank internasional yang keren, biaya hidup mahal, dan setiap akhir bulan seperti perlu didampingi dokter spesialis jantung sebagai penasihat keuangan.

Setiap hari mata saya nanar memandang Jakarta yang megah, sibuk, dan berkembang cepat. Setiap hari saat bergelantungan di bus saya bertanya, akan jadi apakah aku ini nanti?

Suatu hari, karena campuran menggalaukan dari minder dan impian besar, antara rencana yang rinci dan rasa takut mengenai masa depan, saya turun dari bus di jembatan Semanggi, dan berjalan kaki ke bawah jembatan.

Saat itu, di bawah Semanggi banyak tukang buat stempel, dan saya datangi satu meja yang paling kecil yang mungkin paling murah. Saya sodorkan secarik kertas kecil, untuk dibuatkan stempel.

Kertas itu bertuliskan:

------------------------
MARIO TEGUH
Business Consultant
------------------------

Setelah harga cocok, dia mulai meraut karet setip dengan cutter, yang saya tunggui dengan perasaan orang yang sedang terkatung-katung di laut di malam hari.

Dengan dada yang hampir meledak dengan kebanggan yang saya tidak tahu apa, saya pulang dengan menggenggam stempel setip itu, dengan nafas yang bergema tangis ,dan mata yang basah, di bus itu saya berdoa agar dari stempel di genggaman saya itu, kehidupan ini membaik.

Setelah itu, apa pun yang saya tulis, yang saya kirimkan sebagai memo, proposal, dan laporan ke atasan saya – saya berikan satu lembar kertas kosong di depan dan di belakang, saya jepret, lalu di depan saya stempel:

------------------------
MARIO TEGUH
Business Consultant
------------------------

Dua tahun kemudian, pada usia 29 saya menjadi Service Excellence Coordinator untuk Indonesia di Bank asing tersebut, dan salah satu usulan strategi pengembangan budaya pelayanan prima yang saya susun – ditolak oleh atasan saya.

Saya kecewa, agak bete, tapi saya buat copy-nya, saya taruh selembar kertas kosong di depan dan belakang, saya jepret, dan saya stempel:

------------------------
MARIO TEGUH
Business Consultant
------------------------

Pada usia itu, saya membangun karir kedua sebagai pelatih keterampilan bisnis, dengan arah untuk menjadi Business Consultant, di samping karir utama saya saat itu di Bank.

Lima tahun kemudian – pada usia 34 tahun, pada tahun 1990, proposal yang dulu di tolak atasan saya itu, dibeli oleh perusahaan penerbangan utama di negeri kita, untuk pengembangan budaya dan sistem pelatihan Service Excellence yang diterapkan secara nasional dan internasional, dengan harga total program 115,000.- Dolar Amerika (pada waktu itu). Terima kasih Tuhan.

Maka, adik-adik saya yang baik hatinya,

Apa pun ketakutan Anda mengenai masa depan, atau seberapa minder pun Anda mengenai keadaan Anda sekarang, buatlah atau ambillah sebuah tanda – seperti stempel setip saya itu, sebagai pengingat bahwa Anda sudah memulai rencana Anda, dan akan berlaku setia kepada sikap dan perilaku yang akan menjadikan Anda sebagaimana yang Anda impikan.

Tuhan berperan besar di dalam kehidupan jiwa yang mempercayai keindahan dari impiannya.

Impikanlah yang besar, tapi pastikan Anda memiliki sebuah tanda sederhana sebagai tempat pemberangkatan jiwa Anda.

Kita semua akan sampai, jika kita bergerak.

Maka, bergeraklah.

Tidak masalah apakah gerakan Anda terasa seperti lamban, tapi bergeraklah.

Anda akan sampai.

Mario Teguh – Loving you all as always

----------------

Sahabat saya yang baik hatinya,

Dapatkan Nasihat Satu Baris dari MT di HP Anda, melalui

aplikasi "Mario Teguh Super Mobile" (MTSM) - GRATIS

Aplikasi MTSM di HP Anda akan otomatis menampilkan sebuah MT Oneliner (nasihat satu baris) dari MT ke HP Anda, untuk setiap kali Anda menerima telepon atau SMS, dengan 4 versi setiap hari (BEBAS BIAYA), dan TIDAK mengurangi pulsa Anda untuk semua tampilan MT Oneliners di HP Anda.

Mohon Anda download dan install (GRATIS) aplikasi MTSM di
http://get.mtsupermobile.com/

Jenis telepon yang bisa menggunakan MTSM adalah Blackberry, Nokia, Sony Ericson, Samsung (model yang sesuai). Pengembangan aplikasi MTSM untuk lebih banyak tipe HP, sedang dalam proses.

MTSM masih dalam pengembangan untuk bisa digunakan di seluruh dunia.

Terima kasih dan salam super,

Mario Teguh - Working for your happiness





Sahabatku yang bersedih hati malam ini, mulailah perjalanan menuju kebahagiaanmu dengan seindah-indahnya pujian kepada Tuhanmu.

Lupakanlah sejenak kesedihanmu, agar lebih segera engkau diselamatkan darinya.

Sekarang, aku mohon kau katakan ini dengan suara yang terdengar lembut oleh telingamu sendiri,

katakanlah …

Tuhanku yang menurunkanku ke dunia ini untuk menjadi khalifah bagi kebahagiaan sesama dan pelestarian keindahan ciptaanMu,

Engkaulah yang menyeberangkanku dari kesulitan menuju kemudahan,

Engkaulah yang mengeluarkanku dari jeratan kenikmatan yang salah, menuju kedamaian dalam kebaikan,

Engkaulah yang mengangkatku dari kejatuhan semangat, menuju keikhlasan untuk memulai dari kesederhanaan yang ada padaku,

Engkaulah yang menyelamatkan hatiku dari penistaan orang yang semena-mena, menuju kegembiraan bersama keluarga yang penuh kasih,

Engkaulah yang mengeluarkanku dari tekanan biaya hidup, menuju kesejahteraan dalam rezeki yang halal,

Tuhanku Yang Maha Lembut,

Engkau jugalah yang mengubah kesedihanku, menjadi kebijakanku.

Dan itulah yang menjadi permohonanku malam ini …

Tuhanku Yang Maha Penyayang,

Ubahlah kesedihanku menjadi kebijakanku

Aamiin





Proyek Pribadi Hari Ini:
MENJADI PRIBADI YANG TUBUHNYA LEBIH PATUH

Sahabatku yang baik hatinya, di pagi yang penuh kemungkinan ini, niatkanlah ini di dalam hatimu,

dan katakanlah …

Telah bermalam-malam dalam hidupku, aku memimpikan, menginginkan, dan merencanakan perubahan besar pada diriku, yang menjadi syarat bagi perubahan besar yang membaikkan hidupku.

TAPI, tubuhku belum sepenuhnya patuh berlaku sesuai dengan kerinduan hatiku, dan belum tertarik untuk bekerja seperti yang telah direncanakan oleh pikiranku.

Tuhanku Yang Maha Perkasa,

Sesungguhnya,

Pencegah keberhasilanku adalah tubuh yang tidak patuh kepada kebaikan hati dan kecemerlangan pikiranku.

Aku mohon Engkau mentenagaiku hari ini dan di hari-hari yang panjang ke masa depan, agar aku berhasil membuat tubuhku ini patuh kepada hati dan pikiranku, agar aku menjadi pengubah kualitas hidupku sendiri.

Aamiin








Engkau yang hatinya sedih karena direndahkan, dengarlah ini …

Aku tahu engkau sakit hati, dan memang wajar bagimu karena engkau menghormati dirimu, dan kau tahu dirimu lebih baik daripada yang disangkakan oleh orang lain.

Tapi,

Jika engkau bersedih dan meratapi kesedihanmu seperti itu, engkau menampilkan kepantasan untuk direndahkan.

Hanya orang rendah yang terkena perendahan.

Orang besar, atau yang sedang membangun kebesaran diri dan hidupnya, tidak akan mempan direndahkan.

Jangan ijinkan orang lain merendahkanmu.

Jangan gunakan perendahan orang lain untuk merusak keindahan hari-harimu bersama mereka yang menyayangimu.

Sudahlah,

Bersedih karena direndahkan akan menjadikanmu pantas direndahkan.

Tumbuhlah.

Mungkin tubuhmu tak lagi tumbuh, tapi hanya langit yang menjadi batas pertumbuhan jiwamu.

Dan, ooh … jiwamu itu indah sekali.

Tegapkanlah tubuhmu, indahkanlah senyum di wajahmu, pandanglah orang lain seperti engkau mengerling kepada bayi lucu yang mudah dicintai, dan janganlah terputus di dadamu itu doa bagi kebaikanmu dan kebaikan semua jiwa yang bersentuhan dengan jiwamu.

Yah … begitu, tersenyumlah.

Engkau lebih menarik saat tersenyum.

Mario Teguh - Loving you all as always

-----------------

Sahabat saya yang baik hatinya,

Dapatkan Nasihat Satu Baris dari MT di HP Anda, melalui

"Mario Teguh Super Mobile" (MTSM ) - GRATIS

Aplikasi MTSM di HP yang otomatis mengirimkan sebuah MT Oneliner (nasihat satu baris) dari MT ke HP Anda, untuk setiap kali Anda menerima telepon atau SMS, dengan 4 versi setiap hari (bebas biaya).

Mohon Anda download dan install (gratis) aplikasi MTSM di
http://get.mtsupermobile.com/

Jenis telepon yang bisa menggunakan MTSM adalah Blackberry, Nokia, Sony Ericson, Samsung (model yang sesuai). Pengembangan aplikasi MTSM untuk lebih banyak tipe HP sedang dalam proses.

MTSM masih dalam pengembangan untuk bisa digunakan di seluruh dunia.

Terima kasih dan salam super,

Mario Teguh - Working for your happiness

-----------------

1,000 Kaos Super Pertamax untuk posting pertama yang menggunakan kata Super

disediakan oleh

www.PulStarOne.com
Penyedia Pulsa Elektronik Selular dan Listrik PLN Prabayar
An MTSC Company

Program ini berlangsung di MTFB sampai dengan 5 Januari 2012

-----------------

Untuk kemudahan pribadi Anda dan sebagai sarana berwirausaha, bergabunglah dalam

www.PulStarOne.com

PulStarOne.com adalah pelayanan MTSC untuk para sahabat di MTFB,

yang adalah web PENYEDIA PULSA ELEKTRONIK bagi Penggunaan Pribadi dan sebagai Agen, dan pelayanan PEMBAYARAN LISTRIK PRABAYAR.

PulStarOne.com bisa menjadi partner bagi Anda yang ingin MEMULAI BISNIS ANDA SENDIRI dengan lebih segera.

Terima kasih dan salam super,

Mario Teguh - Working for your happiness



Ibu Linna meletakkan sebuah toples besar berisi kerupuk udang yang baru digoreng, di sebelah meja kerja saya di lantai dua, agar saya mudah mencapainya saat saya ingin nyamil.

Kemarin, Ibu Linna duduk di sofa sebelah, sambil santai menonton TV, saat saya membaca pesan-pesan Anda di MTFB.

Saya berdiri dan mengambil satu kerupuk, dan menggigitnya, sambil berputar kembali menuju meja saya.

Ibu Linna berseru, "Honey, aku minta satu dong?"

Saya ambilkan satu, dan membawanya ke Ibu Linna.

Dan ini yang menjadikan Ibu Linna istri kecintaan keseluruhan hati saya:

Dia mengambil kerupuk yang sudah saya gigit.

Saya tanyakan, mengapa dia tidak mengambil yang masih utuh?

Dia bilang, "Biar Honey yang makan yang baru."

Dan itu bukan hanya sekali ini. Dia melakukan hal yang serupa untuk banyak hal, sepanjang pernikahan kami.

Apa yang tidak akan Anda berikan, kepada wanita yang tulus mengupayakan yang terbaik bagi Anda?

Itu sebabnya, Ibu Linna adalah pemilik satu-satunya dari semua yang saya capai dan hasilkan.

Love is beautiful!

Mario Teguh - Loving you all as always







Sahabatku yang baik hatinya, selalu ingatlah ini …

Sesalah-salahnya orang, semiskin apa pun hidupnya karena kesalahannya, dan seburuk apa pun penyakitnya karena kesalahannya, dia tetap jiwa yang terhormat.

Berlakulah penuh kasih sayang dan penuh hormat.

Engkau menginginkannya berada di pihakmu, agar lebih mudah baginya meniru kebaikanmu, dan percaya bahwa hatimu adalah untuk kebaikannya.

Janganlah engkau menjadi orang benar yang dibenci karena kekasaranmu dalam menasihatkan kebenaran.

Dengannya, dia akan membenci kebenaran, karena membencimu.

Dan sama sekali janganlah menjadi penyebab kebencian orang kepada agamamu.

Jadilah sebaik-baiknya pribadi, agar orang yang tak mengenal agamamu, menjadi kenal agamamu, karena mengenalmu.

Mario Teguh - Loving you all as always





Adik-adik saya yang baik hatinya,

Ilmu adalah cara untuk mencapai yang lebih baik.

Orang yang tahu caranya memimpin hati dan pikirannya, akan menjadi bijak dan berwenang.

Orang yang tahu caranya mendapatkan uang dan harta yang banyak, akan menjadi kaya dan penderma yang besar.

Orang yang tahu caranya meningkatkan kualitas hidup banyak orang, akan menjadi rahmat bagi sesamanya.

Dengan itu semua, berarti tidak ada alasan bagi siapa pun untuk tidak berilmu.

Belajarlah. Ilmu adalah peninggi derajatmu.

Mario Teguh - Loving you all as always





Pak Mario, aku ini bandel, kalo dinasehatin masuk telinga kanan keluar telinga kiri. Merasa bersalah juga sih, tapi gimana? Udah watak dari sononya …

Adikku yang baik hatinya,

Teruskan saja sikap seperti itu, JIKA engkau tak akan pernah tua.

Ingat ya, orang yang hari ini tua renta, malas, sulit dipekerjakan, miskin, sakit-sakitan, pemarah, selalu menyalahkan orang lain, dijauhi keluarga dan teman, dan tak putus memprotes Tuhan, adalah biasanya orang yang DARI SONONYA susah dinasihati.

Kakakmu ini setuju, nasihat itu tidak perlu bagi orang yang akan terus menjadi remaja sepanjang hidupnya.

Tapi, berapa tahun lagi sih engkau akan tetap disebut anak muda?

Khan, engkau akan jatuh cinta dan maksa mau menikahi gadis pujaan hatimu?

Lah, … istrimu itu nanti dikasih makan apa?

Terus, … nanti kalau kalian punya anak, mau dikasih makan permen terus?

Terus, apa nasihatmu untuk bayi-bayimu yang lucu-lucu dan pinter-pinter itu?

"Hey para bayi, dengerin papamu yang kagak pernah mau dewasa ini ya?

Jadi anak jangan mau dengerin papa en mama kalian. Mereka waktu muda juga kagak mau dinasihatin. Untuk apa nasihat?

Kalau kalian bayi-bayi mau rusak loe punya kesehatan en gak mau belajar, go ahead. Papamu dulu juga kaya' gitu.

Tapi, eh! Itu paku, jangan dimakan!"

He he he …

Adikku yang baik hatinya,

Bandel itu sifatnya anak muda yang kuat.

Hanya saja, jangan sampai kau gunakan kekuatanmu untuk melemahkanmu.

Sampai sekarang, kakakmu ini masih bandel, bandel nasehatin anak-anak muda yang hebat seperti mu.

Be good. You know I love you.

Mario Teguh







Wahai jiwa baik yang sedang terluka oleh kepalsuan dan ketidak-setiaan, dengarlah ini …

Sesungguhnya kesedihanmu itu tidak baru.

Lihat dan perhatikanlah hatimu lekat-lekat, dan beritahulah aku, apakah deritamu itu baru?

Sama sekali, kekecewaan dan lukamu itu, tidak baru.

Bukankah itu sebabnya ia demikian pedih? Karena ia adalah sodetan baru di atas robekan lama oleh kepalsuan yang belum selesai kau pulihkan dengan maafmu.

Sesungguhnya yang terluka adalah harapan baikmu. Karena engkau berharap bahwa hatimu yang pernah terluka itu, diperlakukannya dengan lembut, dengan sentuhan tersejuk dari cinta yang kau harapkan darinya.

Tak akan adil bagiku untuk mengkhotbahkan kekuatan sekarang, saat hatimu lebih membutuhkanku duduk di sebelahmu sebagai pendengar yang baik.

Mungkin lebih adil bagiku, untuk menundukkan wajahku bersamamu dalam doa dan harapan agar hatimu yang piatu itu diselamatkan, agar Tuhan tak membiarkanmu berlarut terhimpit antara kesampaian-hatinya untuk melukaimu, dengan kebaikan hatimu untuk berupaya setia bahkan kepada dia yang tak pantas menerima cintamu.

Marilah kita berdoa bersama, agar Tuhan melembutkan hati orang yang tak perduli dengan kesedihanmu, yang sedikit pun tak merasa kasihan melihat kesedihan di wajahmu yang menggelayut bersama tenggelamnya hatimu.

Atau jika bukan itu yang direstui oleh Tuhan, marilah kita memohon agar Tuhan menjadikanmu tegas untuk membebaskan dirimu dari cinta yang hanya ada pada hatimu, tapi yang tak terhubung dengan apa pun di hatinya yang dusta.

Engkau berhak untuk berbahagia.

Wahai jiwa baik yang dicintai Tuhan, cobalah jawab dengan seluruh kejujuran hatimu,

Sesungguhnya, apakah engkau berharap hanya kepada Tuhan, atau kepada manusia penista cinta.

Sesungguhnya, di dalam kebeningan hatimu, tersedia jalan keluarmu, jika engkau hanya berharap kepada Tuhanmu.

Mario Teguh - Loving you all as always





Proyek Pribadi Hari ini:
KEBAIKAN HATI MENENTUKAN KEBAIKAN REZEKI

Sahabat saya yang baik hatinya, di pagi yang penuh janji baik ini, katakanlah kepada Tuhan …

Tuhanku Yang Maha Melapangkan,

Engkau telah menetapkan bahwa, kebaikan hatiku menentukan kebaikan hidupku.

Karena, jika hatiku baik, yang kurasakan dan kupikirkan tentang diriku dan kehidupan - akan baik. Dan karenanya, yang kulakukan - akan baik. Sehingga, perlakuan yang kudapat dari sesamaku dan dari kehidupan - akan baik.

Tuhan, hari ini aku akan berfokus kepada membaikkan hatiku.

Aku mohon Engkau berkenan untuk mentenagai upayaku untuk membebaskan hatiku dari kebiasaanku menduga yang buruk, dari menyukai kegelisahan yang tak berguna, dan menjadikannya lebih ikhlas melakukan yang baik bagiku dan sesamaku.

Restuilah upayaku untuk membaikkan hatiku, sebagai awal dari semua perbaikan rezekiku.

Aamiin







Nasib itu tidak permanen.

Sesuatu yang kita sebut ‘nasib’ itu bukanlah sebuah keadaan yang permanen.

Ia sangat lentur, luwes, dan reaktif. Dan ia berespon kepada kualitas sikap dan tindakan-tindakan kita tanpa menyumbangkan pendapatnya sendiri.

Ia sangat menuruti perintah kita, yang dibaca dan dimengertinya dari kesungguhan upaya kita.

Nasib menjadi sebagaimana kita menjadikannya.

Maka bekerjalah dengan cara dan kesungguhan yang menjadikan Anda pantas untuk hidup dalam keadaan yang lebih baik, yang menjadikan Anda disebut bernasib baik.

Semoga Tuhan selalu mendampingi perjalanan naik Anda menuju sebaik-baiknya nasib.

Aamiin





Engkau yang bertanya-tanya
bagaimana mungkin engkau mencapai kedamaian dan kemapanan,
melalui kekacauan perasaanmu,
renungkanlah ini ..

Engkau yang galau, menyesal, sakit hati, atau tersiksa -
tetapi segera bekerja keras setelah berdoa,

lebih mudah mencapai kedamaian;

daripada orang yang hanya asyik masyuk dalam ratapan dan keluhan –

tetapi tidak melakukan apa pun untuk mencegah terjadinya masalah yang sama.

Semua penderitaan adalah pemberitahuan untuk memperkuat diri,

seperti semua kesenangan adalah pemberitahuan untuk berhati-hati.

Mario Teguh - Loving you all as always





Sahabat saya yang baik hatinya,

Apakah Anda pernah melihat orang yang tak sebaik Anda latar belakang ekonominya, tapi mencapai kedudukan yang lebih tinggi daripada Anda?

Atau, orang yang pendidikannnya di bawah Anda, tapi yang lebih kaya daripada Anda?

Atau, orang yang tadinya banyak masalah, tapi sekarang lebih mapan daripada Anda?

Hmm ... itu tandanya, bahwa

MEMILIKI kemampuan tidak lebih penting daripada MENGGUNAKAN kemampuan.

Orang sederhana yang ikhlas menggunakan apa pun yang ada padanya, akan berhasil.

Orang dari keluarga yang berkecukupan, tapi malas, suka menunda, dan banyak alasan, akan menua dalam kegalauan.

Bertindaklah.

Orang yang sibuk bekerja, tidak sempat galau.

Mario Teguh - Loving you all as always







Sahabat saya yang baik hatinya,

Dengan sangat berbahagia saya sampaikan bahwa rekan-rekan, dan mungkin juga Anda, yang telah menggunakan aplikasi

MTSM (Mario Teguh Super Mobile)

yang menampilkan nasihat satu baris (oneliner) secara otomatis di HP Anda - setiap kali Anda menerima telepon atau SMS,

per satu jam yang lalu telah mencapai jumlah 17,182 users dalam 4 hari sejak diumumkannya di MTFB.

Berikut adalah rinciannya:

USIA

Below 13 1433
14 - 18 837
19 - 25 5311
26 - 35 5871
36 - 45 1834
46 - 55 233
Above 56 34

KOTA

DKI jakarta 3495
Kepulauan Riau 150
Kep. Bangka Belitung 86
Lampung 240
Bengkulu 105
Sumatera Selatan 452
Jambi 176
Riau 409
Sumatera Barat 370
Sumatera Utara 742
Aceh 319
Jawa Barat 1928
Jawa Tengah 1472
DI. Yogyakarta 520
Jawa Timur 2072
Banten 495
Bali 311
Nusa Tenggara Barat 110
Nusa Tenggara Timur 56
Kalimantan Barat 203
Kalimantan Tengah 134
Kalimantan Selatan 265
Kalimantan Timur 469
Sulawesi Utara 153
Sulawesi Tengah 72
Sulawesi Selatan 550
Sulawesi Tenggara 78
Gorontalo 41
Maluku 51
Papua Barat 98

GENDER

Pria 7763
Wanita 7859
(sisanya tidak mengisi data)

STATUS PERNIKAHAN

Menikah 7509
Single 8113

Mudah-mudahan upaya kami yang baru ini, dapat menjadi bagian dari kebahagiaan Anda dan keluarga terkasih.

Tetaplah menjadi jiwa baik yang dicintai Tuhan.

Terima kasih dan salam super,

Mario Teguh - Loving you all as always














Selasa, 13 Desember 2011

Mereka yang tidak patut diikuti pemahamannya


Mereka yang tidak patut diikuti pemahamannya


Nasehat Imam Malik ra berkata: “Janganlah engkau membawa ilmu (yang kau pelajari) dari ahli bid’ah; juga dari orang yang tidak engkau ketahui catatan pendidikannya (sanad ilmu); serta dari orang yang mendustakan perkataan manusia, meskipun dia tidak mendustakan hadits Rasulullah shallallahu alaihi wasallam“

Dalam nasehat Imam Malik ra ada 3 kriteria yang tidak boleh diambil ilmu atau pendapat atau pemahamannya yakni
1. Ahli bid'ah
2. Ulama tidak bersanad ilmu (sanad guru) atau ulama tidak bermazhab
3. Mereka yang mendustakan perkataan ulama

Ahli bid'ah adalah mereka yang membuat  perkara baru atau mengada-ada yang bukan kewajiban menjadi kewajiban (ditinggalkan berdosa) atau sebaliknya, tidak diharamkan menjadi haram (dikerjakan berdosa) atau sebaliknya dan tidak dilarang menjadi dilarang (dikerjakan berdosa) atau sebaliknya. Selengkapnya telah diuraikan dalam tulisan pada http://mutiarazuhud.wordpress.com/2011/11/03/ahli-bidah-sebenarnya/

Sebaiknya hindari ulama tidak bersanad ilmu (sanad guru) atau ulama tidak bermazhab.  Dengan bermazhab artinya mempertahankan rantai sanad ilmu (sanad guru) dari Imam Mazhab.

Dalam beberapa tulisan berturut-turut, kami telah menghimbau untuk menggigit As Sunnah dan sunnah Khulafaur Rasyidin berdasarkan pemahaman pemimpin ijtihad (Imam Mujtahid) / Imam Mazhab dan penjelasan dari para pengikut Imam Mazhab sambil merujuk darimana mereka mengambil yaitu Al Quran dan as Sunnah.  Janganlah memahaminya dengan akal pikiran sendiri atau mengikut pemahaman ulama yang tidak dikenal berkompetensi sebagai Imam Mujtahid Mutlak. Hal ini telah kami uraikan dalam tulisan pada http://mutiarazuhud.wordpress.com/2011/10/31/gigitlah-as-sunnah/ .

Sebaiknya kita mengambil ilmu dari mulut ulama bermazhab dan sholeh. Hal ini telah kami uraikan dalam tulisan pada http://mutiarazuhud.wordpress.com/2011/11/02/dari-mulut-ulama/

Kita sebaiknya menghindari kitab ulama yang belajar sendiri dan tidak bermazhab hal ini telah kami uraikan dalam tulisan pada http://mutiarazuhud.wordpress.com/2011/11/03/kitab-tidak-bermazhab/

Sanad ilmu (sanad guru) sama pentingnya dengan sanad hadits.
Sanad hadits mempertanyakan atau menganalisa dari mana matan/redaksi hadits tersebut diperoleh sampai kepada lisannya Rasulullah
Sedangkan sanad ilmu (sanad guru) mempertanyakan atau menganalisa dari mana penjelasan Al Qur’an dan As Sunnah tersebut diperoleh sampai kepada lisannya Rasulullah

Sanad ini sangat penting, dan merupakan salah satu kebanggaan Islam dan umat. Karena sanad inilah Al-Qur’an dan Sunah Nabawiyah terjaga dari distorsi ataupun serangan ghazwul fikri (perang pemahaman) yang dilakukan kaum kafir dan munafik atau tercampurnya dengan hawa nafsu. Karena sanad inilah warisan Nabi tak dapat diputar balikkan.

Ibnul Mubarak berkata :”Sanad merupakan bagian dari agama, kalaulah bukan karena sanad, maka pasti akan bisa berkata siapa saja yang mau dengan apa saja yang diinginkannya.” (Diriwayatkan oleh Imam Muslim dalam Muqoddimah kitab Shahihnya 1/47 no:32 )

Imam Syafi’i ~rahimahullah mengatakan “tiada ilmu tanpa sanad”.
Al-Hafidh Imam Attsauri ~rahimullah mengatakan “Penuntut ilmu tanpa sanad adalah bagaikan orang yang ingin naik ke atap rumah tanpa tangga”
Bahkan Al-Imam Abu Yazid Al-Bustamiy , quddisa sirruh (Makna tafsir QS.Al-Kahfi 60) ;  “Barangsiapa tidak memiliki susunan guru dalam bimbingan agamanya, tidak ragu lagi niscaya gurunya syetan”  Tafsir Ruhul-Bayan Juz 5 hal. 203

Hindari mereka yang mendustakan perkataan ulama, apalagi mereka yang mengingkari hadits
sebagaimana yang telah diuraikan dalam tulisan pada http://mutiarazuhud.wordpress.com/2011/11/22/tidak-cukup/   atau uraian pengingkaran terhadap hadits lainnya pada  http://mutiarazuhud.files.wordpress.com/2010/04/inilahahlussunnahwaljamaah.pdf

Selain bermunculannya ahli bid’ah, kita juga sudah menyaksikan apa yang disampaikan oleh Imam Malik ra di atas, “mendustakan perkataan manusia , meskipun dia tidak mendustakan hadits Rasulullah shallallahu alaihi wasallam” dengan adanya fitnah terhadap perkataan ulama.

Syeikh Al Azhar yang masih mempertahankan Sanad Ilmu, DR. Ahmad At Thayyib memperingatkan adanya upaya negatif terhadap buku para ulama dengan adanya permainan terhadap buku-buku peninggalan para ulama, dan mencetaknya dengan ada yang dihilangkan atau dengan ditambah, yang merusak isi dan menghilangkan tujuannya. Link: http://mutiarazuhud.wordpress.com/2011/01/27/ikhtilaf-dalam-persatuan/  atau sebagaimana contoh yang disampaikan dalam tulisan pada http://mutiarazuhud.wordpress.com/2011/07/29/pemutarbalikan-perkataan-ulama/

Begitu juga contoh mereka memutar balikan perkatan al-Imam Abu Hanifah  seperti

al-Imam Abu Hanifah ditanya makna “Istawa”, beliau menjawab: “Barangsiapa berkata: Saya tidak tahu apakah Allah berada di langit atau barada di bumi maka ia telah menjadi kafir. Karena perkataan semacam itu memberikan pemahaman bahwa Allah bertempat. Dan barangsiapa berkeyakinan bahwa Allah bertempat maka ia adalah seorang musyabbih; menyerupakan Allah dengan makhuk-Nya” (Pernyataan al-Imam Abu Hanifah ini dikutip oleh banyak ulama. Di antaranya oleh al-Imam Abu Manshur al-Maturidi dalam Syarh al-Fiqh al-Akbar, al-Imam al-Izz ibn Abd as-Salam dalam Hall ar-Rumuz, al-Imam Taqiyuddin al-Hushni dalam Daf’u Syubah Man Syabbah Wa Tamarrad, dan al-Imam Ahmad ar-Rifa’i dalam al-Burhan al-Mu’yyad)..

Di sini ada pernyataan yang harus kita waspadai, ialah pernyataan Ibn al-Qayyim al-Jawziyyah. Murid Ibn Taimiyah ini banyak membuat kontroversi dan melakukan kedustaan persis seperti seperti yang biasa dilakukan gurunya sendiri. Di antaranya, kedustaan yang ia sandarkan kepada al-Imam Abu Hanifah. Dalam beberapa bait sya’ir Nuniyyah-nya, Ibn al-Qayyim menuliskan sebagai berikut:

“Demikian telah dinyatakan oleh Al-Imam Abu Hanifah an-Nu’man ibn Tsabit, juga oleh Al-Imam Ya’qub ibn Ibrahim al-Anshari. Adapun lafazh-lafazhnya berasal dari pernyataan Al-Imam Abu Hanifah…
bahwa orang yang tidak mau menetapkan Allah berada di atas arsy-Nya, dan bahwa Dia di atas langit serta di atas segala tempat, …
Demikian pula orang yang tidak mau mengakui bahwa Allah berada di atas arsy, –di mana perkara tersebut tidak tersembunyi dari setiap getaran hati manusia–,…
Maka itulah orang yang tidak diragukan lagi dan pengkafirannya. Inilah pernyataan yang telah disampaikan oleh al-Imam masa sekarang (maksudnya gurunya sendiri; Ibn Taimiyah).
Inilah pernyataan yang telah tertulis dalam kitab al-Fiqh al-Akbar (karya Al-Imam Abu Hanifah), di mana kitab tersebut telah memiliki banyak penjelasannya”.

Apa yang ditulis oleh Ibn al-Qayyim dalam untaian bait-bait syair di atas tidak lain hanya untuk mempropagandakan akidah tasybih yang ia yakininya. Ia sama persis dengan gurunya sendiri, memiliki keyakinan bahwa Allah bersemayam atau bertempat di atas arsy.

Pernyataan Ibn al-Qayyim bahwa keyakinan tersebut adalah akidah al-Imam Abu Hanifah adalah kebohongan belaka. Kita meyakini sepenuhnya bahwa Abu Hanifah adalah seorang ahli tauhid, mensucikan Allah dari keserupaan dengan makhluk-Nya.

Bukti kuat untuk itu mari kita lihat karya-karya al-Imam Abu Hanifah sendiri, seperti al-Fiqh al-Akbar, al-Washiyyah, atau lainnya. Dalam karya-karya tersebut terdapat banyak ungkapan beliau menjelaskan bahwa Allah sama sekali tidak menyerupai makhluk-Nya, Dia tidak membutuhkan kepada tempat atau arsy, karena arsy adalah makhluk Allah sendiri. Mustahil Allah membutuhkan kepada makhluk-Nya.

Sesungguhnya memang seorang yang tidak memiliki senjata argumen, ia akan berkata apapun untuk menguatkan keyakinan yang ia milikinya, termasuk melakukan kebohongan-kebohongan kepada para ulama terkemuka. Inilah tradisi ahli bid’ah, untuk menguatkan bid’ahnya, mereka akan berkata: al-Imam Malik berkata demikian, atau al-Imam Abu Hanifah berkata demikian, dan seterusnya. Padahal sama sekali perkataan mereka adalah kedustaan belaka.

Dalam al-Fiqh al-Akbar, al-Imam Abu Hanifah menuliskan sebagai berikut:
“Dan sesungguhnya Allah itu satu bukan dari segi hitungan, tapi dari segi bahwa tidak ada sekutu bagi-Nya. Dia tidak melahirkan dan tidak dilahirkan, tidak ada suatu apapun yang meyerupai-Nya. Dia bukan benda, dan tidak disifati dengan sifat-sifat benda. Dia tidak memiliki batasan (tidak memiliki bentuk; artinya bukan benda), Dia tidak memiliki keserupaan, Dia tidak ada yang dapat menentang-Nya, Dia tidak ada yang sama dengan-Nya, Dia tidak menyerupai suatu apapun dari makhluk-Nya, dan tidak ada suatu apapun dari makhluk-Nya yang menyerupainya” (Lihat al-Fiqh al-Akbar dengan Syarh-nya karya Mulla ‘Ali al-Qari’, h. 30-31).

Kami (penulis) sampaikan bahwa Allah Azza wa Jalla ada sebagaimana sebelum diciptakan Arsy, sebagaimana sebelum diciptakan langit, sebagaimana sebelum diciptakan ciptaanNya. Sebagaimana awalnya dan sebagaimana akhirnya. Tidak berubah dan tidak pula berpindah. Yang berubah dan berpindah adalah ciptaanNya. Setiap yang berpindah , mempunyai bentuk (batas) dan hal itulah yang diingkari oleh al-Imam Abu Hanifah sebagai "Dia tidak memiliki batasan"

Imam Sayfi’i ra mengatakan
إنه تعالى كان ولا مكان فخلق المكان وهو على صفة الأزلية كما كان قبل خلقه المكان ولا يجوز عليه التغير في ذاته ولا التبديل في صفاته (إتحاف السادة المتقين بشرح إحياء علوم الدين, ج 2، ص 24)

“Sesungguhnya Allah ada tanpa permulaan dan tanpa tempat. Kemudian Dia menciptakan tempat, dan Dia tetap dengan sifat-sifat-Nya yang Azali sebelum Dia menciptakan tempat tanpa tempat. Tidak boleh bagi-Nya berubah, baik pada Dzat maupun pada sifat-sifat-Nya” (LIhat az-Zabidi, Ithâf as-Sâdah al-Muttaqîn…, j. 2, h. 24).

Syaikhul Islam Ibnu Hajar Al Haitami pernah ditanya tentang akidah mereka yang semula para pengikut Mazhab Hambali, apakah akidah Imam Ahmad bin Hambal seperti akidah mereka ?

Beliau menjawab:
فأجاب بقوله : عقيدة إمام السنة أحمد بن حنل رضي الله عنه وأرضاه وجعل جنان المعارف متقلبه ومأواه وأقاض علينا وعليه من سوابغ امتنانه وبوأه الفردوس الأعلى من جنانه موافقة لعقيدة أهل السنة والجماعة من المبالغة التامة في تنزيه الله تعالى عما يقول الظالمون والجاحدون علوا كبيرا من الجهة والجسمية وغيرهما من سائر سمات النقص ، بل وعن كل وصف ليس فيه كمال مطلق ، وما اشتهر به جهلة المنسوبين إلى هذا الإمام الأعظم المجتهد من أنه قائل بشيء من الجهة أو نحوها فكذب وبهتان وافتراء عليه ، فلعن الله من نسب ذلك إليه أو رماه بشيء من هذه المثالب التي برأه الله منها

Akidah imam ahli sunnah, Imam Ahmad bin Hambal –semoga Allah meridhoinya dan menjadikannya meridhoi-Nya serta menjadikan taman surga sebagai tempat tinggalnya, adalah sesuai dengan akidah Ahlussunnah wal Jamaah dalam hal menyucikan Allah dari segala macam ucapan yang diucapkan oleh orang-orang zhalim dan menentang itu, baik itu berupa penetapan tempat (bagi Allah), mengatakan bahwa Allah itu jism (materi) dan sifat-sifat buruk lainnya, bahkan dari segala macam sifat yang menunjukkan ketidaksempurnaan Allah.

Adapun ungkapan-ungkapan yang terdengar dari orang-orang jahil yang mengaku-ngaku sebagai pengikut imam mujtahid agung ini, yaitu bahwa beliau pernah mengatakan bahwa Allah itu bertempat dan semisalnya, maka perkataan itu adalah kedustaan yang nyata dan tuduhan keji terhadap beliau. Semoga Allah melaknat orang yang melekatkan perkataan itu kepada beliau atau yang menuduh beliau

Perkataan ulama lain yang sering diputarbalikan maknya contohnya

Al-Hafizh al-Bayhaqi dalam karyanya berjudul al-Asma’ Wa ash-Shifat, dengan sanad yang baik (jayyid), -sebagaimana penilaian al-Hafizh Ibn Hajar al-Asqalani dalam Fath al-Bari-, meriwayatkan dari al-Imam Malik dari jalur Abdullah ibn Wahb, bahwa ia -Abdullah ibn Wahb-, berkata:
“Suatu ketika kami berada di majelis al-Imam Malik, tiba-tiba seseorang datang menghadap al-Imam, seraya berkata: Wahai Abu Abdillah, ar-Rahman ‘Ala al-arsy Istawa, bagaimanakah Istawa Allah?. Abdullah ibn Wahab berkata: Ketika al-Imam Malik mendengar perkataan orang tersebut maka beliau menundukan kepala dengan badan bergetar dengan mengeluarkan keringat. Lalu beliau mengangkat kepala menjawab perkataan orang itu: “ar-Rahman ‘Ala al-arsy Istawa sebagaimana Dia mensifati diri-Nya sendiri, tidak boleh dikatakan bagi-Nya bagaimana, karena “bagaimana” (sifat benda) tidak ada bagi-Nya. Engkau ini adalah seorang yang berkeyakinan buruk, ahli bid’ah, keluarkan orang ini dari sini”. Lalu kemudian orang tersebut dikeluarkan dari majelis al-Imam Malik (Al-Asma’ Wa ash-Shifat, h. 408)”.

Anda perhatikan; Perkataan al-Imam Malik: “Engkau ini adalah seorang yang berkeyakinan buruk, ahli bid’ah, keluarkan orang ini dari sini”, hal itu karena orang tersebut mempertanyakan makna Istawa dengan kata-kata “Bagaimana?”. Seandainya orang itu hanya bertanya apa makna ayat tersebut, sambil tetap meyakini bahwa ayat tersebut tidak boleh diambil makna zhahirnya, maka tentu al-Imam Malik tidak membantah dan tidak mengusirnya.

Adapun riwayat al-Lalika-i dari Ummu Salamah; Umm al-Mu’minin, dan riwayat Rabi’ah ibn Abd ar-Rahman (salah seorang guru al-Imam Malik) yang mengatakan: “al-Istiwa Ghair Majhul Wa al-Kayf Ghairu Ma’qul (al-Istiwa sudah jelas diketahui dan adanya al-Kayf (sifat benda) bagi Allah adalah sesuatu yang tidak masuk akal)”, yang dimaksud “Ghair Majhul” di sini ialah bahwa penyebutan kata tersebut benar adanya di dalam al-Qur’an. Ini dengan dalil riwayat lain dari al-Lalika-i sendiri yang mempergunakan kata “al-Istiwa madzkur”, artinya kata Istawa telah benar-benar disebutkan dalam al-Qur’an. Dengan demikian menjadi jelas bahwa yang dimaksud “al-Istiwa Ghair Majhul” artinya benar-benar telah diketahui penyebutan kata Istawa tersebut di dalam al-Qur’an.

Dari sini dapat dipahami bahwa al-Lali’ka’i dan Rabi’ah ibn Abd ar-Rahman mengatakan “al-Istiwa Ghair Majhul Wa al-Kayf Ghairu Ma’qul”, sama sekali bukan untuk tujuan menetapkan makna duduk atau bersemayam bagi Allah. Juga sama sekali bukan untuk menetapkan makna duduk atau bersemayam yang Kayfiyyah duduk atau bersemayam-Nya tidak diketahui oleh kita.

Dalam perkataan al-Lalika-i dan Rabi’ah ibn Abd ar-Rahman terdapat kata “al-Kayf Ghair Ma’qul”, ini artinya bahwa Istawa tersebut bukan Kayfiyyah, sebab Kayfiyyah adalah sifat benda. Dengan demikian, oleh karena kata Istawa ini bukan Kayfiyyah maka jelas maknanya bukan dalam pengertian duduk atau bersemayam. Karena duduk atau bertempat itu hanya berlaku pada sesuatu yang memiliki anggota badan, seperti pantat, lutut dan lainnya. Sementara Allah maha suci dari pada anggota-anggota badan.
Mereka sering mengubahnya dengan mengatakan “al-Istiwa Ma’lum Wa al-Kayfiyyah Majhulah”. Perkataan semacam ini sama sekali bukan riwayat yang benar berasal dari al-Imam Malik atau lainnya. Tujuan mereka mengucapkan kata tesebut tidak lain adalah untuk menetapkan adanya Kayfiyyah bagi Istawa Allah, lalu mereka mengatakan Kayfiyyah-Nya tidak diketahui. Karena itu mereka seringkali mengatakan: “Allah bersemayam atau bertempat di atas arsy, tapi cara bersemayam-Nya tidak diketahui”. Atau terkadang mereka juga berkata: “Allah duduk di atas arsy, tapi cara duduk-Nya tidak diketahui”. jadi, Perkataan mereka  “al-Istiwa Ma’lum Wa al-Kayfiyyah Majhulah” tidak lain hanyalah untuk mengelabui orang-orang awam bahwa semacam itulah yang telah dikatakan dan yang dimaksud oleh Al-Imam Malik. A’udzu Billah.

Al-Hafizh al-Bayhaqi dari jalur Yahya ibn Yahya telah meriwayatkan bahwa ia -Yahya ibn Yahya- berkata: Suatu saat ketika kami berada di majelis al-Imam Malik ibn Anas, tiba-tiba datang seseorang menghadap beliau, seraya bekata: Wahai Abu Abdlillah, ar-Rahman ‘Ala al-arsy Istawa, bagaimankah Istawa Allah? Lalu al-Imam Malik menundukan kepala hingga badanya bergetar dan mengeluarkan keringat. Kemudian beliau berkata: “al-Istiwa’ telah jelas -penyebutannya dalam al-Qur’an- (al-Istiwa Ghair Majhul), dan “Bagaimana (sifat benda)” tidak logis dinyatakan kepada Allah (al-Kayf Ghair Ma’qul), beriman kepada adanya sifat al-Istiwa adalah wajib, dan mempermasalahkan masalah al-Istiwa tersebut adalah perbuatan bid’ah. Dan bagiku, engkau tidak lain kecuali seorang ahli bid’ah”. Lalu al-Imam Malik menyuruh murid-muridnya untuk mengeluarkan orang tersebut dari majelisnya. Al-Imam al-Bayhaqi berkata: “Selain dari al-Imam Malik, pernyataan serupa juga diungkapkan oleh Rabi’ah ibn Abd ar-Rahman, guru dari al-Imam Malik sendiri” (Al-Asma’ Wa ash-Shifat, h. 408).

Dalam mengomentari peristiwa ini, asy-Syaikh Salamah al-Uzami, salah seorang ulama al-Azhar terkemuka dalam bidang hadits, dalam karyanya berjudul Furqan al-Qur’an, mengatakan sebagai berikut:

“Penilaian al-Imam Malik terhadap orang tersebut sebagai ahli bid’ah tidak lain karena kesalahan orang itu mempertanyakan Kayfiyyah Istiwa bagi Allah. Hal ini menunjukan bahwa orang tersebut memahami ayat ini secara indrawi dan dalam makna zhahirnya. Tentu makna zhahir Istawa adalah duduk bertempat, atau menempelnya suatu benda di atas benda yan lain. Makna zhahir inilah yang dipahami oleh orang tersebut, namun ia meragukan tentang Kayfiyyah dari sifat duduk tersebut, karena itu ia bertanya kepada al-Imam Malik. Artinya, orang tersebut memang sudah menetapkan adanya Kayfiyyah bagi Allah. Ini jelas merupakan keyakinan tasybih (penyerupaan Allah dengan makhluk-Nya), dan karena itu al-Imam Malik meyebut orang ini sebagai ahli bid’ah” (Furqan al-Qur’an Bain Shifat al-Khaliq Wa al-Akwan, h. 22).

Ada pelajaran penting yang dapat kita tarik dari peristiwa ini. Jika al-Imam Malik sangat marah terhadap orang tersebut hanya karena menetapkan adanya Kayfiyyah bagi Allah, hingga mengklaimnya sebagai ahli bid’ah, maka tentunya beliau akan lebih marah lagi terhadap mereka yang dengan terang-terangan mengartikan Istawa dengan duduk, bertempat atau bersemayam! Dapat kita pastikan seorang yang berpendapat kedua semacam ini akan lebih dimurkai lagi oleh al-Imam Malik.

Hal itu karena mengartikan Istawa dengan duduk atau bersemayam tidak hanya menetapkan adanya Kayfiyyah bagi Allah, tapi jelas merupakan penyerupaan Allah dengan makhluk-Nya.

Dan sesungguhnya sangat tidak mungkin seorang alim sekaliber al-Imam Malik berkeyakinan bahwa Allah memiliki tempat dan arah. Al-Imam Malik adalah Imam kota Madinah (Imam Dar al-Hijrah), ahli hadits terkemuka, perintis fiqih madzhab Maliki, sudah barang tentu beliau adalah seorang ahli tauhid, berkeyakinan tanzih, mensucikan Allah dari sifat-sifat makhluk-Nya. Tentang kesucian tauhid al-Imam Malik ibn Anas, al-Imam al-‘Allamah al-Qadli Nashiruddin ibn al-Munayyir al-Maliki, salah seorang ulama terkemuka sekitar abad tujuh hijriyah, dalam karyanya berjudul al-Muqtafa Fi Syaraf al-Musthafa telah menuliskan pernyataan al-Imam Malik bahwa Allah ada tanpa tempat dan tanpa arah. Dalam karyanya tersebut, al-Imam Ibn al-Munayyir mengutip sebuah hadits, riwayat al-Imam Malik bahwa Rasulullah bersabda: “La Tufadl-dliluni ‘Ala Yunus Ibn Matta” (Janganlah kalian melebih-lebihkan aku di atas nabi Yunus ibn Matta).

Dalam penjelasan hadits ini al-Imam Malik berkata bahwa Rasulullah secara khusus menyebut nabi Yunus dalam hadits ini, tidak menyebut nabi lainya, adalah untuk memberikan pemahaman akidah tanzih, -bahwa Allah ada tanpa tempat dan tanpa arah-. Hal ini karena Rasulullah diangkat ke atas ke arah arsy -ketika peristiwa Mi’raj-, sementara nabi Yunus dibawa ke bawah hingga ke dasar lautan yang sangat dalam -ketika beliau ditelan oleh ikan besar-, dan kedua arah tersebut, baik arah atas maupun arah bawah, keduanya bagi Allah sama saja. Artinya satu dari lainnya tidak lebih dekat kepada-Nya, karena Allah ada tanpa tempat. Karena seandainya kemuliaan itu diraih karena berada di arah atas, maka tentu Rasulullah tidak akan mengatakan “Janganlah kalian melebih-lebihkan aku di atas nabi Yunus ibn Matta”.

Dengan demikian, hadits ini oleh al-Imam Malik dijadikan salah satu dalil bahwa Allah ada tanpa tempat dan tanpa arah (Lihat penjelasan ini dalam al-Muqtafa Fi syaraf al-Mustahafa. Perkataan Al-Imam Malik ini juga dikutip oleh Al-Imam Taqiyyuddin as-Subki dalam karya bantahannya atas Ibn al-Qayyim al-Jaiziyyah (murid Ibn Taimiyah); yang berjudul as-Saif ash-Shaqil Fi ar-Radd ‘Ala ibn Zafil. Demikian pula perkataan Al-Imam Malik ini dikutip oleh Al-Imam Muhammad Murtadla az-Zabidi dalam karyanya Ithaf as-Sadah al-Muttaqin Bi Syarah Ihya ‘Ulumiddin).

Adapun riwayat yang dikemukan oleh Suraij ibn an-Nu’man dari Abdullah ibn Nafi’ dari al-Imam Malik, bahwa ia -al-Imam Malik- berkata: “Allah berada di langit, dan ilmu-Nya di semua tempat”, adalah riwayat yang sama sekali tidak benar (Ghair Tsabit). Abdullah ibn Nafi’ dinilai oleh para ahli hadits sebagai seorang yang dla’if. Al-Imam Ahmad ibn Hanbal berkata: “’Abdullah ibn Nafi’ ash-Sha’igh bukan seorang ahli hadits, ia adalah seorang yang dla’if”. Al-Imam Ibn Adi berkata: “Dia -Abdullah ibn Nafi’ banyak meriwayatkan ghara-ib (riwayat-riwayat asing) dari al-Imam Malik”. Ibn Farhun berkata: “Dia -Abdullah ibn Nafi’- adalah seorang yang tidak membaca dan tidak menulis” (Lihat biografi Abdullah ibn Nafi’ dan Suraij ibn an-Nu’man dalam kitab-kitab adl-Dlu’afa’, seperti Kitab ald-Dlu’afa karya an-Nasa-i dan lainnya).

Dengan demikian pernyataan yang dinisbatkan kepada al-Imam Malik di atas adalah riwayat yang sama sekali tidak benar. Dan kata-kata tersebut yang sering kali dikutip oleh kaum Musyabbihah dan dinisbatkan kepada al-Imam Malik tidak lain hanyalah kedustaan belaka.

Jadi kita harus bisa bedakan kapan para Salafush Sholeh, para Imam Mazhab, para pengikut Imam Mazhab, para Habib, para Sayyid sedang menjelaskan ayat-ayat mutasyabihat tentang sifat Allah atau kapan mereka tidak mengucapkannya kecuali ‘ala sabilil hikayah atau menetapkan lafazhnya (itsbatul lafzhi) saja; yaitu hanya mengucapkan kembali apa yang diucapkan oleh al Qur’an, “Ar-Rahmanu alal arsy istawa” atau “A’amintum man fis sama’“. Tidak lebih dari itu. Namun mereka para pengikut Ibnu Taimiyyah sebagaimana ulama Ibnu Taimiyyah memaknainya dengan menterjemahkan secara harfiah bahwa Allah ta’ala bertempat di atas Arsy atau bertempat di (atas) langit.

Allah Azza wa Jalla adalah dekat. Dia dekat tidak bersentuh, jauh tidak berjarak. Tidak ada bagiNya, kanan, kiri, atas, bawah, depan, belakang. Mustahil sesuatu membatasiNya.

Ingatlah jika mengetahui/menyadari kesalahan/kesalahpahaman atau mengikuti kesalahpahaman ulama  ketika di akhirat nanti merupakan tanda ketidak-dekatan dengan Allah Azza wa Jalla dan penyesalan yang tidak berguna

Firman Allah ta’ala yang artinya,
“(Yaitu) ketika orang-orang yang diikuti itu berlepas diri dari orang-orang yang mengikutinya, dan mereka melihat siksa; dan (ketika) segala hubungan antara mereka terputus sama sekali.” (QS al Baqarah [2]: 166)
“Dan berkatalah orang-orang yang mengikuti: “Seandainya kami dapat kembali (ke dunia), pasti kami akan berlepas diri dari mereka, sebagaimana mereka berlepas diri dari kami.” Demikianlah Allah memperlihatkan kepada mereka amal perbuatannya menjadi sesalan bagi mereka; dan sekali-kali mereka tidak akan keluar dari api neraka.” (QS Al Baqarah [2]: 167)

Indikator seseorang dekat dengan Allah ta'ala adalah berakhlakul kharimah. Jika pembawaannya suka membenci, mencela, menghujat, memperolok-olok atau perbuatan yang memperturutkan hawa nafsu lainnya terhadap saudara muslim lainnya maka jelaslah sedang dalam kesesatan.

Fiirman Allah ta'ala yang artinya, “…Janganlah kamu mengikuti hawa nafsu, karena ia akan menyesatkan kamu dari jalan Allah..” (QS Shaad [38]:26 )

Orang-orang yang ditetapkan oleh Allah Azza wa Jalla paling keras permusuhannya terhadap orang yang telah bersyahadat adalah orang-orang yang tidak bersyahadat yakni kaum Yahudi dan orang-orang musyrik.

Firman Allah ta’ala yang artinya, “orang-orang yang paling keras permusuhannya terhadap orang beriman adalah orang-orang Yahudi dan orang-orang Musyrik” ( QS Al Maaidah [5]: 82 ).

Jika telah bersyahadat namun mempunyai rasa permusuhan kepada sesama muslim, boleh jadi telah menjadi orang musyrik atau terjerumus ke dalam kekufuran

Sebagaimana peringatan yang disampaikan oleh khataman Khulafaur Rasyidin, Imam Sayyidina Ali ra dalam riwayat berikut,

Sayyidina Ali Ibn Abi Thalib ra berkata : “Sebagian golongan dari umat Islam ini ketika kiamat telah dekat akan kembali menjadi orang-orang kafir.“
Seseorang bertanya kepadanya : “Wahai Amirul Mukminin apakah sebab kekufuran mereka? Adakah karena membuat ajaran baru atau karena pengingkaran?”
Sayyidina Ali Ibn Abi Thalib ra menjawab : “Mereka menjadi kafir karena pengingkaran. Mereka mengingkari Pencipta mereka (Allah Subhanahu wa ta’ala) dan mensifati-Nya dengan sifat-sifat benda dan anggota-anggota badan.” (Imam Ibn Al-Mu’allim Al-Qurasyi (w. 725 H) dalam Kitab Najm Al-Muhtadi Wa Rajm Al-Mu’tadi).

Oleh karenanya agar tidak terjerumus ke dalam kekufuran , dalam memahami ayat-ayat mutasyabihat tentang sifat Allah, sebaiknyalah kita memperhatikan batas-batas yang disampaikan oleh para ulama terdahulu seperti,

Imam besar ahli hadis dan tafsir, Jalaluddin As-Suyuthi dalam “Tanbiat Al-Ghabiy Bi Tabriat Ibn ‘Arabi” mengatakan “Ia (ayat-ayat mutasyabihat) memiliki makna-makna khusus yang berbeda dengan makna yang dipahami oleh orang biasa. Barangsiapa memahami kata wajh Allah, yad , ain dan istiwa sebagaimana makna yang selama ini diketahui (wajah Allah, tangan, mata, bertempat), ia kafir secara pasti.”

Imam Ahmad ar-Rifa’i (W. 578 H/1182 M) dalam kitabnya al-Burhan al-Muayyad, “Sunu ‘Aqaidakum Minat Tamassuki Bi Dzahiri Ma Tasyabaha Minal Kitabi Was Sunnati Lianna Dzalika Min Ushulil Kufri”, “Jagalah aqidahmu dari berpegang dengan dzahir ayat dan hadis mutasyabihat, karena hal itu salah satu pangkal kekufuran”.


Wassalam